Malam
mulai meninggi. Kamu sudah mengatakan padaku, malam ini kamu tak akan menginap
untukku. Dan aku sudah mengiyakan tanpa berkeberatan.
Tapi
kita telah lebih dari dua jam dikamar ini, tak melakukan apapun selain saling
membisu, dengan kamu menghadapi layar laptopmu sendiri seperti aku yang yang
juga menekuni laptopku sendiri.
Kebekuan
diantara kita ini sedikit asing bagiku. Cukup menyesakan lantaran banyak hal
yang begitu inginnya kukatakan padamu. Dan aku tak bisa melakukannya.
Aku
merasa benar benar kagok didekatmu seperti ini.
I’ve
been living in the shadow overhead,
I’ve
been sleeping with the cloud above my bed,
I’ve
been lonely for so long,
Trapped
in the pas, I just can’t seem to move on
Seperti
itulah lirik yang dinyanyikan oleh Drew Barrymore bersama Hugh Grant dalam
tembang berjudul way back into love. Lagu yang pelan kusenandungkan mengiringi
lantunan aslinya dari file music di laptopku. Sedikit melankolis tapi penuh pengakuan
yang tulus. Seperti hatiku malam ini, yang sungguh ingin mengutarakan kepiluan
yang sama kepadamu. Tapi kamu sudah tahu sebagian besar ceritaku, terutama
tentang kisah seberapa tak beruntungnya aku menjalin hubungan dengan para pria
yang pernah datang padaku terdahulu.
lagipula,
hari ini aku melihatmu tak seperti kamu yang selalu kutahu. Yang biasanya akan
dengan sikap menyenangkan mendengar keluhanku bahkan yang paling memalukan dan
menyedihkan sekalipun, seperti adanya sedikit rasa jera dan takut dalam hatiku
untuk kembali mencoba menjalin hubungan asmara yang suka tak suka, mau tak mau
harus dimiliki semua manusia, atau lebih tepatnya mahluk hidup.
Itulah
yang aku suka darimu, pembawaanmu yang luar biasa pandai dalam mengayom dan
ngemomong. Yang sama sekali diluar dugaanku, dapat menaklukan keras hati yang
telah kupelihara sepanjang ingatanku.
Malu
malu kuakui pada diriku, aku menyukaimu lebih dari sekedar karena alasan yang
aku tahu.
Dan
kamu pun, kupikir memiliki rasa yang sama. Kusimpulkan hal itu karena
kehadiranmu yang seolah tanpa bosan bersamaku disepanjang waktu yang kita bisa
lewati bersama. Kamu hampir selalu ada saat aku minta kamu untuk ada bersamaku.
I’ve
been looking for someone to she’d some light
Not
somebody just to catch me trough the night
I
could used some direction,
And
I’m open to your suggestion
Kulantunkan
lagi senandung indah itu dengan suara parauku yang sebenarnya terdengar merusak
lagu aslinya.
Aku
sungguh merasa sedang menyukainya lagi kali ini.
Meski
jika dihayati dan dipahami setiap katanya sedikit merendahkan diriku sendiri,
tapi sejujur jujurnya justru itulah hal yang paling aku ingin kamu ketahui.
Kehadiranmu disetiap malamku, disamping tidur lelapku juga dihadapan mataku
yang baru terbangun, semakin harinya semakin aku rasakan pedih. Dalam hatiku
memang tak hanya sebatas itu aku ingin kamu ada. Hanya saja aku tak pernah
berani secara langsung memintanya.
Menurut
kebanyakan orang, aku gadis hanya sebatas casingnya saja. Sebagian orang
mengatakan aku jiwa pria yang terjebak di tubuh wanita. Meski sedikit orang
meyakini aku perempuan diluar dan didalamnya, dan satu dari sedikit itu adalah
dirimu. Dan kamulah yang paling tak pernah meragukan bahwa aku bisa benar benar
menjadi seorang perempuan sepenuhnya selain keluargaku. Karena itu, aku tak
pernah ingin merusak penilaianmu itu dengan bertindak lebih dulu dalam hubungan
kita meski terkadang aku tak bisa menahan diriku yang selalu lebih agresif
mendekatimu daripada kamu padaku. Kupikir setidaknya pengakuan rasaku tak boleh
muncul lebih dulu seberapa besarnya pun kemauanku.
Jujur
saja, aku sudah tak tahan denganmu. Dengan tidak adanya komitmen diantara kita
yang didepan public seolah telah bersama lantaran adanya komitmen yang tidak
ada itu. Aku sama sekali tak bisa memikirkan apa yang membuatmu tahan bersamaku
dengan kondisi yang menggamangkan seperti ini.
There’s
a moment when I don’t know if it’s real
Or
if anybody feel the way I feel
I
need inspiration, not just another negosiation
Tawaku
meluncur setengah detik saja tanpa sempat kamu sadari, lebih seperti mengejek
dari pada geli pada diri sendiri. Lagu ini sedang terdengar seperti sengaja
dibuat untukku. Setiap katanya jelas seperti apa yang ingin kusampaikan padamu.
Kadang
aku berpikir, mungkin hubungan kita yang seperti ini hanya ada dalam kepalaku
saja. Dalam pemikiranmu, mungkin saja aku masih seorang teman biasa, yang dekat
tanpa rindu, akrab tanpa emosi, intim tanpa makna.
Hal
yang paling tercetak tebal dalam pikiranku, justru adalah hal yang satu itu.
Aku
apa kamu?
Kenapa
aku begitu merindukanmu tapi tak bebas mengutarakan langsung dihadapanmu dan
malah takut kamu tak sama sepertiku?
Kenapa
berbagai macam argue tentang pola pikirmu selalu bermunculan dikepalaku saat
aku berfikir tentangmu yang tak juga menjelaskan kondisi kita berdua pada kita
berdua?
Sungguh
rangkaian kata sampah macam apapun bagiku tak lebih berarti dari satu patah
kata tegasmu ‘ya’ atau ‘tidak’ isi hatimu sama denganku. Berharap cerita kita
tak hanya cerpen bermasalah satu, dua tema saja.
All
I wanna do is find a way back into love
I
can’t make it trough without a way back into love
And
if I open my heart to you, I’m hoping you’ll show me what to do
And
if you help me to start again, you know that I’ll be there for you in the end…
“Aku
pulang ya.” Katamu tiba tiba, akhirnya.
Aku
mengiyakan tanpa bicara. Sebenarnya aku enggan membiarkanmu pergi. Aku merasa
belum mendapat apapun malam ini, belum membuatmu mengerti sama sekali.
Tapi
kamu tetap pergi, pulang membawa pemikiranmu sendiri. Dan aku tak yakin kamu
sepenuhnya tak mengerti. Entah apa yang masih kamu cari dan kamu nanti hingga
selama ini. Aku tak akan mampu lebih lama lagi tetap berpura pura status kita
sama sekali tak berarti.